televisi telah mempengaruhi opini n perilaku publik
April 17, 2011PROGRAM SIARAN TELEVISI DAN PERILAKU AUDIENS
II.1 Program Siaran Televisi
TVRI merupakan stasiun televisi milik pemerintah yang memiliki latar belakang sejarah yang khusus. Peraturan pemerintah yang saat itu masih belum mengizinkan lahirnya televisi swasta menyebabkan TVRI harus memproduksi acaranya sendiri juga sekaligus menayangkan. Padahal sebaiknya ada perbedaan fungsi yaitu broadcasting company dan ada pula yang berfungsi sebagai production company, sehingga kualitas isi siarannya akan dapat memenuhi keinginan pengelola siaran televisi tersebut. Saat ini terdapat 11 saluran televisi antara lain adalah antv, Global TV, RCTI, SCTV, Metro TV, mnc TV, Trans TV, Trans7, tvOne, Indosiar dan TVRI. Terdapat
juga stasiun televisi local di Jakarta, yaitu B Channel, Elshinta TV, Da Ai Tv, TVRI Jakarta, Jak TV, O Channel, SpaceToon, dan Sun TV.
Program siaran televisi di Indonesia biasanya di produksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nil;ai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih
keuntungan dari produksinya. Di Indonesia kecendrungan televisi swasta sudah mulai mengarah kepada sistem di Amerika. Ini dimulai dari garapan-garapan sinetron, kuis, berapa acara hiburan lainnya. Acaara seperti ini memang sangat menguntungkan bagi stasiun televisi tersebut karena semuanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis, yaitu untung dan rugi.
Pada umumnya isi program siaran di televisi maupun radio meliputi acara seperti diternagkan berikut dengan tentunya penggunaan berbagai nama berbeda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masing-masing.
- news reporting (laporan berita)
- talk show
- call-in show
- documentair
- tabloid/ magazine
- rural program
- advertising
- education
- art & culture
- music
- soap operas/ sinetron. Drama
- TV Movies
- Game show/kuis
- Comedy
Berbagai jenis program siaran tersebut bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada semuanya. Acara-acara tersebut sangat bergantung dari kepentingan masing-masing stasiun penyiaran televisi yang bersangkutan. Pada umumnya memang sebagian besar dari contoh jenis program diatas tersebut adalah acara-acara yang disiarkan oleh stasiun penyiaran televisi.
II.2 Perilaku audiens
II.2.1 Pengertian dan Definisi Perilaku
Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti anak kecil yang sedang bermain, seseorang yang sedang membaca buku, dll. Dalam melakukan aktifitas tersebut tentu saja mereka harus berbuat sesuatu, misalnya tangan kanan memeggan sampul buku sementara tangan kiri membalik-balik halaman buku. Contohnya seseorang sedang duduk di depan meja dan sedang memeggang buku, ia pasti dikatakan sedang berperilaku. Meskipun pengamatan dari luar sangat sedikit, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, dengan kata lain bahwa perilaku yang sebenarnya berada didalam tubuh manusia (Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi dalam bukunya Perilaku Manusia).
Berikut merupakan definisi perilaku:
• Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo, N. 1993 : 55). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N. 1993 : 58).
• Perilaku diaritikan sebagai suatu aksi-reaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang lakukan untuk menimbulkan reaksi, yaitu yang disebut rangsang. Dengan demikian rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku yang tertentu pula (Notoatmojo, S. 1997 : 60).
• Perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Robert Kwik, 1974 dalam Notoatmojo, S. 1997)
• Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmayati dan Desminiarti, 1990 : 1)
• Perilaku manusia adalah aktivitas manusia yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004 : 3).
II.2.2 Audiens
Awal mula kata audiens berarti sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa. (adi prakosa. 2006: 49)
Menurut McQuail audiens dapat diartikan sebagai berikut :
a. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar dan pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan media massa yang tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak.
b. Audiens sebagai massa. Konsep ini mengartikan audiens sebagai sekelompok orang yang berukuran besar, heterogen penyebaran dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak memiliki keberadaan (eksistensi)yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini tidak lagi layak dipakai.
c. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isu, minat atau bidang keahlian.
d. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar atau pemirsa) iklan tertentu.
III. FUNGSI TELEVISI
III.1 Televisi Memberikan Informasi dan Pengetahuan
Kebutuhan kognitif meliputi fungsi untuk memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman.berdasarkan fungsi untuk memperoleh informasi bisa didapatkan melalui tayangan di televisi biasanya berupa acara-acara berita, dll.
Kita bisa memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di dunia. Berita-berita aktual bisa langsung disebarkan ke berbagai pelosok dunia secara langsung. Gempa bumi, penyakit menular, kriminalitas, peristiwa olah-raga terkini yang terjadi di belahan bumi bisa disaksikan bersama-sama oleh berjuta-juta orang. Media televisi telah bisa menyatukan hati semua orang melalui informasi yang diberikan. Dengan menonton tayangan televisi akan bisa menambah wawasan kita. Informasi yang disampaikan oleh televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Publicly: pesan-pesan komunikasi pada umumnya tidak ditujukan kepada orang perorang secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik.
b. Rapid: pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan.
c. Transient: pesan-pesan komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali pakai dan bukan untuk tujuan yang bersifat permanen. Pada umumnya pesan-pesan komunikasi massa dirancang secara timely, supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.
Selain acara-acara berita, informasi, pengetahuan dan pemahaman juga bisa didapatkan melalui acara TV edukasi. Namun, acara edukasi sekarang ini hanya ada di TVRI dan hanya untuk pelajar-pelajar SD dan SMP.
III.2 Televisi Menghibur Audiens
Kebutuhan afektif mengacu pada emosional, pengalaman menyenangkan dan estetika. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang lebih menonjol di masyarakat sekarang ini. Dimana televisi lebih digunakan untuk kebutuhan hiburan dari pada yang lain. Kebanyakan khlayak atau audiens yang berada di Indonesia menunjukan bahwa ketika mereka menonton TV hal utama yang dicari adalah sebuah hiburan. Televisi sebagai salah satu sarana hiburan sangat dibutuhkan semua orang. Hiburan-hiburan yang sehat yang ditayangkan di televisi seperti musik, film, infotainment dan lain-lain sangat bermanfaat untuk mencairkan kejenuhan setelah sehari bekerja keras. Hal itu membuat pikiran kita kembali segar dan melupakan sejenak kelelahan sepanjang hari.
Berbagai paket acara untuk memanjakan pemirsanya mulai dari sinetron, film, tayangan berita maupun reality show selalu ditampilkan eksklusif oleh pihak pengelola televisi. Disini, pihak televisi menayangkannya hanya bertolak dari segi entertainment atau bahkan hanya bertolak dari segi bisnis di dunia hiburan. Dari kesemuanya itu mereka hanya berusaha menghadirkan hiburan-hiburan segar yang dapat menghilangkan kepenatan setelah beraktivitas tanpa ada maksud untuk meracuni pemirsanya dengan” black list” tayangan tersebut. Namun demikian, secara ekspisit maupun inplinsit mereka tidak menyadari telah menyisipkan gambaran kekerasan, kriminalitas, pornografi dan pornoaksi maupun western culture yang kadang bertentangan dengan adat ketimuran yang selalu kita junjung.
IV. DAMPAK ISI TAYANGAN TELEVISI
Dampak merupakan perubahan suatu hal akibat dari adanya rangsang atau stimuli. David Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengklasifikasikan dampak atau perubahan isi media dalam tiga ketegori: dampak kognitif, dampak afektif dan dampak behavior, dll.
IV.1 Dampak kognitif
Merupakan sesuatu yang timbul pada diri audiens yang bersifat informative bagi dirinya. Contohnya informasi mengenai kasus mafia pajak Gayus, dengan adanya pemberitaan di televisi mengenai hal tersebut maka masyarakat atau pemirsa televisi mendapatkan sebuah informasi bahwa telah terjadi kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat pajak yang bernaman Gayus dan melibatkan beberapa perusahaan di Indonesia.
Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Di sini sudah
mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa.
VI.2 Dampak Afektif
Dampak afektif mempunyai kadar yang lebih dalam dari dampak kognitif. Disini tujuan televisi kepada khalayak, selain khalayak mendapatkan informasi khalayak diajak atau secara tidak langsung dibuat untuk merasakan apa yang disajikan oleh televisi. Contohnya tayangan sinetron “Cinta Fitri” di dalam film tersebut tokoh miska yang diperankan oleh Dinda Kanyadewi dibuat se-antagonis mungkin, sehingga para penonton merasa kesal karena miska selalu saja berbuat jahat kepada Fitri dan keluarga Farel, sementara tokoh omma yang diperankan oleh alm. Ida Kesuma dibuat sebagai protagonist bahkan sebagai penolong bagi Fitri dan keluarga. Kemudian tersebar kabar bahwa omma meninggal dunia, hal itu membuat para penonton setia Cinta Fitri turut merasakan duka cita, dan tidak merasakan lagi greget adegan antara omma dan Miska.
Efek afektif komunikasi ternya dipengaruhi oleh dua faktor. Empat faktor tersebut adalah:
a. Suasana emosional. Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah iklan, film, maupun informasi yang ditayangkan oleh televisi akan mempengaruhi suasana emosional kita. Tayangan komedi akan membuat kita tertawa senang apabila sebelum menonton tayangan tersebut kita mendapatkan kabar yang menyenangkan. Sementara tayangan/film melancolis akan membuat kita sedih jika ketika menontonnya kita sedang merasa kecewa akan suatu hal.
b. Skema kognitif. Skema kognitif merupakan naskah y6ang sudah ada dalam pikiran kita mengenai sebuah alur peristiwa. Contohnya ketika kita menonton film superhero. Kala itu superhero terluka parah saat melawan musuh. Namun, kita tidak terlalu cemas, karena superhero merupakan tokoh utama yang tidak mungkin akan kalah diakhir cerita.
c. Situasi terpaan. Kita akan merasa ketakutan apabila kita menonton film horror sendirian dirumah dan dalam suasana sepi dan gelap, diliputi juga dengan hujan yang deras.
d. Faktor predisposisi individual. faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam televisi. Dengan identifikasi penonton menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikasikan) itu kalah, ia juga kecewa; ketika diidentifikasikan berhasil, ia gembira.
Lebih lanjut, Levy dan Windahl menghubungkan antara variabel keterlibatan selama terpaan dengan variabel preexposure selectivity, yang menghasilkan 4 subtipe aktivitas audiens. Tipologi subtipe aktivitas audiens tersebut tersaji pada tabel berikut ini.
Preexposure Selectivity
ketelibatan selama terpaan tinggi rendah
tinggi mencari kepuasan yang di motivasi keterlibatan indiskriminasi
rendah topik ritual melewatkan waktu
Pada kasus hubungan antara aktivitas dengan pencarian kepuasan, ditemukan bahwa individu menggunakan media untuk memperoleh kepuasan sosial maupun psikososialnya, dan audiens akan aktif memenuhi harapannya itu dalam proses komunikasi yang dilakukannya. Sebaliknya, hubungan antara aktivitas dengan pemerolehan kepuasan, memperlihatkan bahwa pengalaman individu yang lebih aktif akan berada pada level kepuasan yang lebih tinggi
IV.3 Dampak Behavior
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Program acara memasak Gula-Gula, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Yang lebih menonjol, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, tidak semua tayangan informasi dari televisi tersebut mempunyai efek yang sama kepada khalayak.
Dampak lain yang muncul adalah melalui tayangan berita ditelevisi misalnya acara yang di bawakan oleh bang napi yang memberitakan bahwa ada seorang siswa SD yang meninggal bunuh diri akibat tidak diberi uang jajan oleh kedua orang tuanya. Dari masalah tersebut sebenarnya televisi ingin menyampaikan pesan bagi para orang tua tentang pemberian uang jajan. Namun, ketika acara tersebut ditonton oleh anak-anak mereka justru akan meniru hal tersebut demi mendapatkan uang jajan. Hal ini lah yang dimaksud dengan perbedaan dampak behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.
Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa saja. Karena, kita belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.
IV.4 Televisi Teman Selain Manusia
Setelah menghabiskan waktu sekitar delapan jam atau lebih untuk bekerja, beraktivitas, atau belajar, pada dasarnya manusia membutuhkan waktu rehat untuk menyegarkan konsentrasi dan fisik. Kebanyakan melampiaskan atau mencari penyegaran pada televisi. Rata-rata enam jam sehari orang menonton televisi. Kitalah yang menentukan menu-menu yang cocok untuk diri dan keluarga. Ketika sudah duduk menonton televisi, kebanyakan dari kita terbius olehnya. Bahkan ada yang tidak bisa menolak bujuk rayu tayangan sehingga membuat kita terpesona untuk menontonnya terus. Dengan beragam menu tayangan, televisi bisa menyulap pemirsanya kapan pun, saat sedang melakukan apa pun. Sekali saja menonton, dia akan terhipnotis untuk tidak beralih dari tempat duduknya. Ada daya tarik dalam tayangan yang melibatkan gerak dan suara sebagai kelebihannya ketimbang media lain. Maka, dia akan kuat duduk menghabiskan waktu dalam menunggu tampilan selanjutnya.
IV.5 Tayangan Televisi Hanya Kejar Rating
Belakangan ini, media tv kita seakan - akan kompak dan berbarengan saling berebut meraih penonton dan ratting semata. Ironisnya lagi tolak ukur tv saat ini hanya di ukur dengan penghargaan yang diterima. Apa lagi penghargaan saat ini dapat diraihnya dengan banyaknya kategori yang disediakan. Meski terkadang tontonan itu sangat tidak mendidik dan kurang pantas diterapkan di jam - jam saat masih banyak anak - anak menononton.
Coba kita tengok saja, isi yang di suguhkan tv kita lebih banyak saat ini di isi dengan info gosip yang banyak di hiasi oleh para artis. seakan bebas liputan gosip yang disuguhkan pun alhasil hampir 60 % menyuguhkan kejelekan ( aib ) artis sendiri. Sehingga aib artis yang disuguhkan kini bukan menjadi barang tabu, justru aib artis kini menjadi suguhan yang kerap hari kita tonton.
Lomba tayangan reality show yang menyuguhkan keaiban dan keburukan kini justru terus di gali tanpa memikirkan dampak dan akibat. Sehingga tayangan dan acara yang disuguhkan lari dari konsep yang ada serta tayangan yang ada dipenuhi gosip, reality show yang kurang baik. Dari catatan Komosi Penyiaran Indonesia mencatat dalam november 2009 telah menegur keras terhadap 18 tayangan. Macam - macam tayangan yang ditegur, dari acara reality show, sinetron, bisokop dan acara musik. Ironisnya justru acara keagamaan yang semacem pengahntar sahur pun di tegar keras oleh KPI karena isinya.
V. KESIMPULAN
V. 1 Kesimpulan
Peranan televisi ternyata sangat mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak yang menonton tayangan yang disajikan oleh televisi. Saat ini televisi mengalami pergeseran fungsi menjadi hanya menonjol pada fungsi untuk menghibur khalayak dan mencari keuntungan bagi pihak stasiun televisi.
Hal ini nampak jelas pada dampak-dampak yang ditimbulkan oleh televisi. Dimana lebih banyak terdapat dampak buruk ketimbang dampak yang baik yang bisa menciptakan perilaku masyarakat. Bukan hanya itu, perilaku menonton televisi dn menindah channel menggunkan remote control juga bisa membuat kita malas bergerak untuk sekedar memindah channel.
V.2 Saran
Televisi harus menyertai dan menjadi sumber inspirasi dalam aktivitas manusia yang membutuhkan akselerasi dan inovasi tiada henti. Pengaturan jadwal menonton televisi merupakan keharusan. Sebab, televisi merupakan media yang unggul segala-galanya. Tidak hanya visual dan audio, kecepatan penyajiannya bisa memanjakan pemirsa. Ini berbeda dengan media cetak atau online yang mengharuskan kita membaca atau memahami pesan tekstualnya.
Televisi dari pagi sampai pagi lagi menampilkan sajian-sajian yang sudah terseleksi dan memiliki agenda matang. Hal itu akan membuat semua sajian menarik. Diperlukan kesadaran dan ketajaman dalam memilih mata acara. Terlebih, pemirsa harus tahu tayangan yang sehat dan kebutuhan utama dalam memilih jam tayang.
Memang demi kelancaran industri tv dan bertahannya perusahaan membutuhkan operasional yang tinggi serta keuntungan. Namun hendaknya hal tersebut tanpa mengabaikan norma - norma bangsa dan adat serta budaya yang dimiliki bangsa ini. Lantas tidak serta merta membabi buta memburu ratting dan meraup keuntungan belaka.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prakosa, Adi. 2006. Komunikasi Massa. Jakarta: FISIP- Universitas Nasional.
jika ingin mengcopy harus masukan link ini sebagai resensi agar dapat bermanfaat bagi pembaca yang lain. terimakasih :)
1 komentar
Salam ziarah... senangnya berkunjung di blog yang keren dan informatif... menunjukkan pemilik blognya yg kreatif :D kunjung balik dan follow yah :P tuker link klo mau boleh....
ReplyDelete